Salam,

Pluralitas masyarakat Indonesia sekarang ini menghadapi berbagai macam tantangan terkait dengan pengelolaan keragaman yang berbasis suku, ras dan agama. Gejolak politik dan sosial yang terjadi belakangan ini membuat kita sebagai praktisi pendidikan tidak boleh abai. Sekolah sebagai miniatur masyarakat dapat menjadi garda depan dalam mendukung dan mengimplementasikan pengelolaan keragaman masyarakat.

Sekolah Tumbuh Yogyakarta, sebagai sekolah inklusif yang mengusung pendidikan untuk semua telah menerapkan pendidikan yang mengakomodasi berbagai macam keragaman komunitas sekolahnya baik murid, guru, staf, orang tua maupun stakes holder terkait. Berdasarkan kajian Oktafiana (2016), pengelolaan keragaman sebagai bagian nilai-nilai inklusif yang dihidupi di Sekolah Tumbuh dianggap berhasil dalam menumbuhkan sikap toleransi dan penghargaan terhadap keunikan. Berbagai macam metode telah dikembangkan oleh Sekolah Tumbuh dalam mengakomodasi pluralitas sebagai nafas yang menghidupi di sekolah inklusif dalam praktik pembelajaran.

CSIE Sekolah Tumbuh sejak tahun 2016 telah memiliki program “Guru Menulis” yang menghasilkan penelitian tindakan kelas sebanyak 14 karya dari 16 guru dari jenjang SD, SMP dan SMA Tumbuh yang ikut terlibat.
Terdapat beberapa tema yang terkait dengan praktik pengelolaan keragaman di Sekolah Tumbuh yaitu pengembangan kurikulum di sekolah inklusif, praktik pembelajaran di sekolah inklusif dan pendidikan karakter di sekolah inklusif yang dipresentasikan sebagai bagian dari pendidikan publik Sekolah Tumbuh kepada masyarakat. Tulisan ini kami himpun dalam sebuah buku berjudul “Menjadi Guru Kreatif: Praktik-praktik Pembelajaran di Sekolah Inklusif”.

Keempatbelas judul dalam buku tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model Paradigma Guru dan Perspektif Keragaman dalam Pendidikan Inklusif
2. Penerapan Konsep Kelas Multiusia
3. Semua Siswa Aktif Belajar dengan Universal Design for Learning
4. Pentingnya Area Pertumbuhan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
5. Integrated Curriculum: Solusi Sekolah Inklusi
6. Pembelajaran Matematika Kolaboratif
7. Pembelajaran Huruf Hijaiyah dengan Metode Individual Instruction
8. Bercerita sebagai Pembiasaan Literasi
9. Pendidikan Kewarganegaraan Menanamkan Nilai Inklusi
10. Pembelajaran yang Menyenangkan dalam Seni Rupa
11. Ladder Meningkatkan Kemampuan Lari Siswa
12. Pendidikan Seks untuk Anak Sekolah Dasar
13. Cara Praktis Berpikir Kritis
14. Membangun Sikap Saling Menghargai dengan Time Token

Demikian gambaran tentang buku Menjadi Guru Kreatif. Semoga buku ini bisa menjadi referensi dan juga inspirasi bagi siapapun yang ingin menciptakan lingkungan inklusif dimanapun sekolah atau lingkungan belajar itu berada. Semua untuk kontribusi terbaik bagi negeri.

Salam inklusi.

Info dan pemesanan: Agustin Nia (0856.2571.022)

.